BeritaYogya.com – Pengamat Ekonomi dari Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi, memberikan tanggapan terhadap realisasi pendapatan dan belanja Jawa Barat yang tercatat lebih rendah dibandingkan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data menunjukkan realisasi pendapatan Jabar mencapai 44,72 persen, sementara Yogyakarta 57,43 persen. Pada realisasi belanja, Jabar mencapai 37,8 persen, sedangkan Yogyakarta 41,92 persen.
Menurut Acuviarta, kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan karena pelaksanaan belanja dan penerimaan pendapatan di Jabar masih berjalan sesuai rencana. Ia memaknai angka ini sebagai bentuk kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran rather than indikator kinerja yang buruk. Tren yang ada masih menunjukkan perkembangan positif meskipun persentasenya berada di bawah angka normal.
Acuviarta melihat adanya peluang bagi Pemprov Jabar untuk mempercepat realisasi belanja dan pendapatan, terutama dengan perubahan kebijakan fiskal di semester pertama dan peningkatan belanja infrastruktur yang signifikan. Ia menyarankan percepatan fokus pada sektor di luar pajak kendaraan bermotor (PKB) yang sedang dalam masa insentif, seperti pajak air permukaan dan pajak bahan bakar minyak.
Sekretaris Daerah Jabar, Herman Suryatman, sebelumnya menegaskan bahwa realisasi belanja APBD Jabar hingga Juni 2025 sebesar 38,79 persen justru lebih tinggi dari rata-rata nasional (31,8 persen). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jabar juga mencapai 44,72 persen, melampaui target APBD 2025 yang sebesar 31,8 persen, menunjukkan bahwa klaim penurunan belanja dan pendapatan adalah tidak benar.