Bank Indonesia: Keuangan Syariah Lebih Tangguh Hadapi Krisis Berkat Underlying Asset

4
Ilustrasi Investasi (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Investasi (Foto: Istimewa)

BeritaYogya.com – Bank Indonesia (BI) menegaskan sistem keuangan syariah memiliki ketahanan lebih baik dalam menghadapi gejolak ekonomi dibanding sistem konvensional. Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Imam Hartono menjelaskan, ketangguhan ini berasal dari prinsip dasar syariah yang mengharuskan adanya underlying asset dalam setiap transaksi, sehingga menghindari spekulasi dan riba.

“Keunggulan keuangan syariah terletak pada underlying asset-nya. Ini terbukti membuat sistem lebih resilien saat krisis,” ujar Imam Hartono, Kamis (26/6/2025). Meski mengakui dampak ketidakpastian global tetap ada, ia meyakini pelaku usaha syariah mampu melakukan mitigasi risiko lebih baik berkat karakteristik instrumennya.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menambahkan, Indonesia perlu mempercepat pengembangan instrumen syariah mengingat potensi domestik yang besar. “Pemerintah kini agresif menerbitkan surat berharga syariah untuk membiayai ekonomi syariah, termasuk UMKM yang bisa menjadi underlying asset,” jelas Destry.

Perkembangan signifikan terlihat pada instrumen sukuk, dengan outstanding value meningkat dari Rp29,83 triliun (2019) menjadi Rp55,26 triliun (2024). BI juga mengembangkan instrumen moneter syariah seperti Sukuk Bank Indonesia (SukBI) yang outstanding-nya mencapai Rp64,5 triliun per Maret 2025.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini