80 Tahun Kemerdekaan dan Ironi Pemangkasan Danais

54
Dr. Raden Stevanus Christian Handoko, S.Kom., M.M., Anggota DPRD DIY

BeritaYogya.Com – Pemangkasan dana transfer ke daerah (TKD) menuai kekhawatiran serius. Kebijakan ini dinilai dapat berdampak fatal pada pembangunan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu yang paling disorot adalah pemangkasan Dana Keistimewaan (Danais) DIY, sebuah alokasi anggaran yang dianggap sebagai pengakuan historis dari pemerintah pusat.

Anggota DPRD DIY, Dr. Raden Stevanus Christian Handoko, S.Kom., M.M., dengan tegas menyoroti kebijakan tersebut. Ia mengingatkan pemerintah pusat agar tidak mengabaikan Danais, sebab pemotongannya dapat menjadi sebuah ironi yang mengkhianati sejarah bangsa.

“Ketika Jakarta diduduki Belanda, Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah Sri Sultan Hamengku Buwono IX secara sukarela menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia. Yogyakarta menjadi saksi bisu pengorbanan yang tak ternilai demi kemerdekaan,” ujar Dr. Raden Stevanus.

Ia menambahkan, pengorbanan besar itu terus berlanjut, hingga pada tahun 1949, Sri Sultan Hamengku Buwono IX bahkan menyerahkan 6,5 juta gulden untuk membantu keuangan negara.

“Pengorbanan rakyat dan pemimpin Yogyakarta di masa lalu adalah utang budi yang tak ternilai. Memangkas Danais sama saja melukai hati nurani sejarah, seolah-olah pengorbanan masa lalu bisa diukur dengan pertimbangan finansial semata,” tegasnya.

Jika wacana dalam RUU APBN 2026 ini terealisasi, pemotongan Danais akan menjadi yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2024, DIY mendapatkan Rp1,42 triliun, lalu dipangkas menjadi Rp1 triliun pada 2025. Kini, dalam RAPBN 2026, Danais dikabarkan hanya akan tersisa Rp500 miliar.

“Sejak pemerintahan Prabowo, Danais selalu dipangkas. jika dikomparasi dengan Danais 2024, alokasi anggaran Danais 2026 telah dipangkas hingga Rp920 miliar, atau sekitar 65%. Ini rekor dalam sejarah keberadaan Danais, terlebih jika dibandingkan dengan postur belanja republik Indonesia yang mencapai Rp3.786,5 triliun”, ungkap Dr. Raden Stevanus.

Selain alasan historis, Dr. Raden Stevanus juga menyoroti fakta bahwa Danais telah terbukti menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi DIY. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,49%, yang merupakan angka tertinggi di seluruh Pulau Jawa.

“Prestasi ini bukan datang begitu saja. Ini adalah hasil sinergi potensi lokal yang unik dengan dukungan dana yang memadai. Danais telah terbukti menjadi katalisator utama yang mendorong sektor pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif,” jelasnya.

Danais telah digunakan secara efektif untuk berbagai program, pembangunan taman budaya, peningkatan kapasitas SDM, peningkatan layanan publik, penataan kawasan Malioboro, revitalisasi sumbu filosofis, hingga pelestarian 1.007 warisan budaya. berbagai program-program ini menjadi tulang punggung yang menopang pertumbuhan ekonomi lokal.

“Memangkas Danais ibarat memangkas pohon yang sedang berbuah lebat dengan alasan menghemat air. Sungguh sebuah langkah yang tidak logis,” tegas Dr. Raden Stevanus. Ia berpendapat bahwa kinerja ekonomi yang gemilang seharusnya menjadi alasan bagi pemerintah pusat untuk menambah alokasi dana, bukan sebaliknya.

Sebagai penutup, Dr. Raden Stevanus berpesan kepada pemerintah pusat, khususnya Kementerian Keuangan, agar melihat Danais sebagai investasi masa depan yang memiliki nilai historis, budaya, dan ekonomi.

“Menjaga Danais adalah cara kita merawat sejarah, menghargai jasa para pahlawan, dan memastikan bahwa Yogyakarta akan terus menjadi ‘jantung’ yang berdetak kuat bagi kemajuan Indonesia,” pungkasnya.

Pemotongan anggaran Danais, jika terjadi, dikhawatirkan akan mengirimkan pesan yang salah kepada publik: bahwa pengorbanan dan komitmen politik masa lalu bisa dikesampingkan demi perhitungan ekonomi jangka pendek. Ini adalah pengingat penting bagi pemerintah, sesuai pesan Bung Karno, untuk selalu “Jasmerah,” atau jangan sekali-kali melupakan sejarah.



TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini