Terbukti Bahaya, Pria 60 Tahun Racun Diri Gara-gara Ikuti Saran ChatGPT

4
Ilustrasi ChatGPT
Ilustrasi ChatGPT

BeritaYogya.com – Seorang pria berusia 60 tahun harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat keracunan bromida setelah ia mengganti garam dapur (natrium klorida) dengan natrium bromida selama tiga bulan. 

Tindakan berisiko ini dilakukannya berdasarkan saran yang diperoleh dari chatbot kecerdasan buatan, ChatGPT. Kasus yang dipublikasikan dalam jurnal American College of Physicians ini menjadi peringatan keras tentang bahaya mengandalkan saran medis dari AI tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.

Pasien mengalami kondisi langka yang disebut bromisme, dengan gejala paranoia, halusinasi visual dan pendengaran, serta rasa haus yang ekstrem. Bahkan, ia menunjukkan ketakutan yang irasional terhadap air yang ditawarkan kepadanya. 

Setelah kondisinya membaik, pria itu mengaku terinspirasi oleh latar belakang pendidikannya di bidang gizi dan memutuskan untuk melakukan eksperimen pribadi untuk menghilangkan klorida dari makanannya setelah membaca di ChatGPT bahwa klorida dapat diganti dengan bromida. 

Ia membeli natrium bromida secara daring tanpa menyadari bahwa informasi yang didapatnya kemungkinan besar berasal dari konteks lain, seperti penggunaan bromida untuk pembersihan, bukan untuk konsumsi manusia.

Selain gejala kejiwaan, pasien juga menunjukkan tanda fisik seperti jerawat di wajah dan kemunculan cherry angiomas yang menguatkan diagnosis bromisme. Ia menjalani perawatan cairan dan elektrolit hingga stabil, kemudian dipindahkan ke unit psikiatri rawat inap. Setelah tiga minggu dirawat, barulah ia diperbolehkan pulang.

Laporan ini menegaskan bahwa AI seperti ChatGPT dapat menghasilkan ketidakakuratan ilmiah, tidak mampu mengkritisi hasilnya sendiri, dan berpotensi menyebarkan misinformasi berbahaya. 

OpenAI, pengembang ChatGPT, sendiri telah menyatakan dalam syarat penggunaan bahwa layanannya tidak dimaksudkan untuk diagnosis atau pengobatan kondisi kesehatan dan output-nya tidak selalu akurat. Para peneliti menekankan pentingnya tidak menjadikan chatbot AI sebagai pengganti nasihat medis profesional.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini