
BeritaYogya.com – Indonesia sedang mengalami masa bonus demografi yang ditandai dengan lebih dari 70 persen populasi berada dalam usia produktif. Para ahli dalam ImpactPreneurs Summit 2025 menegaskan bahwa momen langka ini tidak akan menjadi keuntungan tanpa adanya investasi yang serius dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kewirausahaan yang berkualitas.
Acara yang merupakan puncak dari program 5ME2045 Business Competition ini digagas oleh Mata Garanga LPDP bersama HIPMI Institute dan berbagai mitra.
Diskusi dalam acara tersebut menyoroti pentingnya menciptakan pengusaha muda yang tidak hanya memiliki kecerdasan bisnis, tetapi juga visi dan karakter kepemimpinan yang kuat. Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Siti Azizah, menyatakan bahwa bonus demografi merupakan tantangan untuk membentuk individu yang produktif dan mampu menciptakan lapangan kerja baru.
Pemerintah menargetkan peningkatan rasio kewirausahaan dari 3,1 persen menjadi 3,6 persen dalam RPJMN 2025–2029 sebagai solusi atas tantangan sosial dan ekonomi. Meski lebih dari 25 juta UMKM telah terhubung secara digital, banyak pelaku usaha masih menghadapi kendala modal, teknologi, akses pasar, dan kapasitas SDM, sehingga pelatihan teknis dan konektivitas global menjadi strategi prioritas.
Rizka Gita Miranti, Chairwoman HIPMI Institute, menekankan bahwa kesuksesan berwirausaha memerlukan lebih dari sekadar ide dan modal, tetapi juga pembangunan karakter, ketahanan mental, dan keberanian.
Melalui program 5ME2045, ditargetkan lahir 5 juta pengusaha baru pada tahun 2045 yang memiliki tujuan mulia, bukan hanya mengejar profit. Ronald S Simorangkir dari Mandiri Capital menambahkan bahwa kemampuan adaptasi dan eksekusi adalah kunci keberhasilan bisnis, di mana banyak startup gagal karena terlalu berpegang pada idealisme tanpa eksekusi yang baik.
Para pemangku kepentingan sepakat bahwa dengan momentum bonus demografi yang hanya terjadi sekali ini, pembangunan SDM harus menjadi prioritas utama lintas sektor. Tanpa investasi yang memadai dalam SDM, bonus demografi justru berpotensi berubah menjadi beban demografi.

































