BeritaYogya.com – Pasar properti Jakarta, khususnya di segmen apartemen, sedang mengalami tantangan serius dengan banyaknya unit yang telah selesai dibangun namun tidak kunjung laku. Untuk mengatasi banyaknya apartemen kosong yang berisiko menjadi aset mangkrak, para pengembang properti menjalankan strategi taktis dengan menjual unit ready stock secara besar-besaran dengan harga sangat terjangkau, bahkan hanya Rp 11,8 juta per meter persegi.
Strategi ini merupakan bagian dari program kolaborasi antara pengembang dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ditujukan untuk menyediakan hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Tangguh (MBT).
Daripada membiarkan unit apartemen tetap kosong, pengembang menawarkannya dengan harga maksimal Rp 11,8 juta per meter persegi, sehingga harga satu unit apartemen vertikal di Jakarta dapat berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 600 jutaan. Program ini khusus diperuntukkan bagi pemegang KTP DKI Jakarta dengan penghasilan maksimal Rp 14 juta per bulan.
Pemprov DKI turut mendukung dengan menyiapkan dana fasilitas sebesar Rp 500 miliar yang disalurkan melalui perbankan. Para pengembang juga ikut memberikan subsidi harga jual dan bunga Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) agar tidak melebihi 6 persen dengan tenor hingga 15 tahun. Beberapa proyek yang termasuk dalam program ini antara lain GP Plaza dan MTH Square.
Selain strategi penjualan, Real Estat Indonesia (REI) Jakarta juga mendorong para pengembang, terutama dari kalangan menengah ke bawah, untuk mencari pendanaan jangka panjang melalui pasar modal dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penerbitan obligasi. Langkah ini diharapkan dapat memberikan akses pendanaan yang lebih stabil dan mengurangi ketergantungan pada pinjaman bank, sehingga proyek-proyek properti dapat diselesaikan tanpa kendala finansial.
