BeritaYogya.com – Di tengah gempuran iklan dan tren konsumsi yang semakin agresif, gaya hidup minimalis muncul sebagai penawar racun bagi masalah keuangan dan psikologis modern. Filosofi “less is more” ini tidak sekadar tentang memiliki sedikit barang, melainkan sebuah kesadaran untuk hanya mempertahankan apa yang benar-benar bernilai dalam hidup.
Penerapan minimalisme dimulai dari evaluasi kritis terhadap kepemilikan barang. Sebuah penelitian University of California menunjukkan orang Amerika rata-rata memiliki 300.000 barang di rumahnya, sementara 80% darinya tidak pernah digunakan. Di Indonesia, survei JakPat tahun 2023 mengungkap 65% milenial mengaku stres karena ruang hidup yang penuh dengan barang tidak berguna. Minimalisme menjawab masalah ini dengan prinsip: jika suatu benda tidak fungsional atau tidak membawa kebahagiaan, lebih baik dilepaskan.
Manfaat hidup minimalis ternyata multidimensi. Dari sisi finansial, mengurangi pembelian impulsif bisa menghemat hingga 30% pengeluaran bulanan. Psikolog klinis Dr. Maya Sari menjelaskan: “Ruangan yang lapang dan teratur terbukti menurunkan kadar kortisol (hormon stres) sebesar 28%.” Di bidang lingkungan, gaya hidup ini turut mengurangi sampah dan jejak karbon individu.
Di berbagai aspek kehidupan, minimalisme bisa diaplikasikan secara praktis:
- Wardrobe: Sistem 33-item (hanya memiliki 33 potong pakaian favorit)
- Perabot: Furnitur multifungsi yang mengoptimalkan ruang
- Teknologi: Memilih perangkat dengan fitur esensial daripada spesifikasi mentah
- Hiburan: Menikmati pengalaman daripada mengoleksi barang
Tantangan terbesar justru datang dari dalam diri. “Kita sering terjebak dalam mindset bahwa identitas diri diukur dari kepemilikan materi,” ujar Andika Pratama, penulis buku “Minimalis ala Milenial”. Mulailah dengan langkah kecil – bersihkan satu laci hari ini, evaluasi lagi pembelian besok. Seperti kata pakar minimalisme Marie Kondo: “Rumah bukan gudang penyimpanan, melainkan tempat tinggal jiwa.”
Di era yang mendewakan konsumsi, memilih hidup minimalis adalah bentuk perlawanan sekaligus investasi kebahagiaan jangka panjang. Bukan tentang kekurangan, melainkan tentang kelimpahan ruang, waktu, dan kebebasan yang sesungguhnya.