BeritaYogya.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pidato kebangsaan yang berisi refleksi kritis dalam menyambut 80 tahun Indonesia Merdeka.
Ia mengingatkan bahwa di balik kemajuan yang telah dicapai, bangsa ini justru menghadapi paradoks akibat masih maraknya penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan dominasi oligarki. Menurut Haedar, kondisi tersebut membuat sebagian rakyat tidak lagi merasakan sukacita kemerdekaan secara utuh.
Haedar menegaskan bahwa kemerdekaan seharusnya diisi dengan rasa syukur dan penghargaan terhadap perjuangan rakyat, bukan justru disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Ia menyoroti praktik korupsi, oligarki politik-ekonomi, pengurasan sumber daya alam, serta pemberian konsesi yang merugikan negara sebagai ironi pahit di usia kemerdekaan yang ke-80.
Dalam pidatonya, Haedar juga mengingatkan kembali betapa pedihnya perjuangan melawan penjajahan dahulu, termasuk penderitaan rakyat selama ratusan tahun di bawah kekuasaan asing. Ia mengutip kisah dalam Max Havelaar yang menggambarkan praktik tanam paksa, korupsi pejabat, dan politik pecah bela yang semestinya tidak terulang dalam bentuk baru.
Haedar menyerukan kepada seluruh elite pemegang kekuasaan untuk menunaikan mandat konstitusi dengan bakti dan menjauhi sikap arogan. Ia mengingatkan bahwa kekuasaan adalah titipan rakyat, bukan milik pribadi.
Pidatonya ditutup dengan ajakan untuk mewujudkan Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur dalam kehidupan nyata seluruh rakyat.
