Kisah Sukses Kang Dedi Mulyadi: Dari Aktivis Kampus hingga Gubernur Jawa Barat

21
Kang Dedi Mulyadi (Foto: Istimewa)
Kang Dedi Mulyadi (Foto: Istimewa)

BeritaYogya.com – Dedi Mulyadi, yang akrab disapa Kang Dedi, memulai perjalanan politiknya dari aktivis kampus hingga menjadi Gubernur Jawa Barat pada tahun 2024. Lahir di Purwakarta pada 10 Mei 1971, latar belakangnya sebagai anak petani membentuk kepeduliannya terhadap isu agraria dan kesejahteraan masyarakat kecil. 

Selepas kuliah di Universitas Winaya Mukti Bandung, ia memulai karier sebagai PNS di Pemkab Purwakarta pada 1996 sambil tetap aktif mengadvokasi masyarakat marginal. Terobosahttps://www.beritayogya.com/resep-brownies-kukus-lembut-ala-rumahan/n besar terjadi ketika ia terpilih sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode (2008-2018), di mana ia menerapkan berbagai kebijakan progresif seperti program Sekolah Alam berbasis kearifan lokal, revitalisasi pasar tradisional, dan Gerakan Masyarakat Sehat dengan pendekatan budaya Sunda.

Setelah gagal dalam Pilgub Jabar 2018, Kang Dedi menggunakan masa jeda tersebut untuk memperdalam isu-isu strategis dengan menjadi pengajar tamu di beberapa universitas, memperluas jaringan dengan ormas Islam dan kelompok tani, serta rutin melakukan blusukan ke daerah tertinggal. 

Kesabaran dan konsistensinya akhirnya berbuah manis ketika ia berhasil memenangkan Pilgub Jabar 2024 dengan koalisi Partai NasDem, PKB, dan PKS, mengantarkannya ke kursi Gubernur Jawa Barat. Sebagai gubernur, ia tetap mempertahankan gaya kepemimpinan khasnya yang membumi, seperti blusukan tanpa protokoler ketat, komunikasi langsung via media sosial, dan kebijakan berbasis data lapangan.

Program unggulannya “Jabar Ngamumule” (Melestarikan Jawa Barat) berfokus pada tiga pilar utama: digitalisasi UMKM berbasis potensi lokal, pembangunan infrastruktur dengan pendekatan ekologi, dan pendidikan vokasi yang link-and-match dengan industri. Kisah sukses Kang Dedi mengajarkan bahwa konsistensi pada nilai-nilai, pemahaman akar rumput, dan inovasi kebijakan yang selaras dengan karakter masyarakat adalah kunci keberhasilannya. 

Di usia 53 tahun, ia terus membuktikan bahwa kepemimpinan yang membumi dan berintegritas tetap relevan di era politik digital, menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa jalan ke pucuk pimpinan bisa ditempuh tanpa meninggalkan prinsip pelayanan kepada rakyat kecil.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini