BeritaYogya.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Eddy Hartono menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah, DPR, dan masyarakat merupakan kunci utama dalam mencegah intoleransi dan radikalisme di Indonesia.
Pernyataan ini disampaikan dalam Dialog Kebangsaan yang digelar di Temanggung, Jawa Tengah, dimana Eddy menekankan bahwa dialog bukan sekadar acara seremonial melainkan sarana strategis untuk mencegah permasalahan sejak dini.
Mengutip riset Setara Institute tahun 2023, Eddy menyoroti bahwa kurangnya ruang dialog dan komunikasi antarwarga menjadi faktor utama tumbuhnya intoleransi. Ia menjelaskan bahwa toleransi membutuhkan pengorbanan berupa kemampuan saling menghargai, memahami, dan menerima perbedaan.
Moderasi beragama dan toleransi merupakan dua konsep yang tidak terpisahkan, dengan tiga pilar utama: komitmen kebangsaan kepada Pancasila dan UUD 1945, anti-kekerasan dalam bentuk apapun, serta penerimaan terhadap kearifan lokal.
BNPT mengidentifikasi tiga sumber utama intoleransi di masyarakat: keluarga sebagai unit sosial pertama pembentuk karakter, pendidikan melalui kurikulum yang harus mengandung nilai toleransi, dan media sosial sebagai ruang interaksi generasi muda.
Untuk mengatasi tantangan di dunia digital, BNPT membentuk Duta Damai Dunia Maya di seluruh provinsi untuk menyebarkan pesan-pesan damai.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi XIII DPR RI Vita Ervina menyatakan dukungan penuh terhadap program BNPT dan menekankan pentingnya strategi yang menyentuh akar masalah melalui edukasi, kontra radikalisasi, dan penguatan deteksi dini. Program bersama ini menyasar masyarakat akar rumput melalui penyuluhan dan edukasi sebagai upaya kolektif menjaga keutuhan bangsa.