BeritaYogya.com – Lembaga pemeringkat kredit Moody’s menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat dari “Aaa” menjadi “Aa1” pada Jumat (16/5), disertai perubahan prospek dari “stabil” menjadi “negatif”. Keputusan ini didorong oleh kekhawatiran atas utang pemerintah AS yang membengkak hingga US$36 triliun serta defisit fiskal yang terus melebar.
Dalam pernyataannya, Moody’s menyoroti kegagalan berulang pemerintahan dan Kongres AS dalam menyepakati langkah-langkah penyeimbangan anggaran. “Pembayaran bunga utang yang semakin tinggi dan defisit tahunan yang membesar menjadi faktor utama penurunan ini,” jelas Moody’s seperti dikutip Reuters. Lembaga ini memproyeksikan rasio utang terhadap PDB AS akan melonjak dari 96% di 2024 menjadi 134% pada 2035.
Meski pemerintahan Trump melalui Menteri Keuangan Scott Bessent mengklaim komitmennya memangkas pengeluaran, upaya konkret seperti pembentukan Departemen Efisiensi Pemerintah bersama Elon Musk dinilai belum menunjukkan hasil signifikan. Kebijakan memperpanjang pemotongan pajak era 2017 yang diusulkan Trump justru dikhawatirkan akan memperburuk defisit.
Respons pasar terhadap penurunan peringkat ini terlihat dari kenaikan imbal hasil obligasi Treasury, dengan analis memprediksi potensi gejolak lebih lanjut ketika pasar dibuka. Gedung Putih melalui juru bicaranya Steven Cheung menanggapi dengan menyebut analis Moody’s Mark Zandi sebagai “lawan politik Trump”, meski Zandi sebenarnya bekerja di divisi terpisah Moody’s Analytics.
Ini bukan kali pertama peringkat kredit AS diturunkan. Sebelumnya, Fitch Ratings telah mengambil langkah serupa pada Agustus 2023, menyusul Standard & Poor’s yang melakukannya pasca krisis plafon utang 2011. Para ekonom seperti Darrell Duffie dari Stanford University menekankan perlunya disiplin fiskal yang lebih ketat dari Kongres untuk mengembalikan kepercayaan investor. Penurunan peringkat terbaru ini semakin mempertegas tantangan struktural ekonomi terbesar dunia dalam mengelola beban utangnya.