Waspada Leptospirosis, Dinkes Yogyakarta Catat 31% Kasus Berakhir Meninggal

3
Ilustrasi Leptospirosis (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Leptospirosis (Foto: Istimewa)

BeritaYogya.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta melaporkan peningkatan kasus leptospirosis menjadi 19 orang per 8 Juli 2025, dengan enam di antaranya meninggal dunia. Tingkat fatalitas penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari urine tikus ini tergolong sangat tinggi, mencapai 31 persen dari total kasus.

Lana Unwanah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta, menjelaskan bahwa kasus tahun ini telah tersebar di 11 dari 14 kemantren. Wilayah Jetis dan Tegalrejo mencatat kasus terbanyak dengan masing-masing tiga kasus. Sementara itu, kasus kematian terjadi di beberapa kecamatan seperti Pakualaman, Gedongtengen, Wirobrajan, Jetis, dan dua kasus di Ngampilan.

Tingginya angka kematian diduga kuat akibat keterlambatan pemeriksaan. Gejala awal leptospirosis yang tidak khas, seperti demam, sakit kepala, dan pegal-pegal, sering disalahartikan sebagai kelelahan biasa atau penyakit umum lainnya. Akibatnya, banyak pasien baru datang ke fasilitas kesehatan setelah kondisinya memburuk dan sulit diselamatkan. Satu kasus meninggal terbaru bahkan baru memeriksakan diri setelah seminggu sakit dan meninggal sehari kemudian.

Lana menekankan bahwa leptospirosis dapat menyebabkan gagal ginjal akut jika tidak ditangani secepatnya, namun peluang sembuh tetap besar jika dideteksi dini. Faktor risikonya tidak hanya terkait pekerjaan, tetapi juga aktivitas seperti memancing atau camping yang terpapar lingkungan berair atau tanah yang terkontaminasi.

Dinkes Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala demam disertai pegal, terutama setelah kontak dengan air atau tanah yang berpotensi tercemar, dan segera memeriksakan diri ke dokter.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini