BeritaYogya.com – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah memotong proyeksi anggaran subsidi untuk LPG 3 kg pada tahun 2025, meskipun volume konsumsinya diperkirakan akan meningkat. Proyeksi terbaru (outlook) anggaran subsidi kini hanya sebesar Rp 68,7 triliun, atau turun 21,03 persen dari target awal APBN sebesar Rp 87 triliun. Di sisi lain, Kementerian ESDM mencatat realisasi penyaluran hingga Mei 2025 sudah mencapai 3,49 juta metrik ton.
Diperkirakan, total volume penyaluran elpiji 3 kg hingga akhir tahun 2025 akan membengkak menjadi 8,36 juta metrik ton, melampaui kuota yang ditetapkan dalam APBN sebesar 8,17 juta metrik ton.
Peneliti dari Energy Shift Institute (ESI), Putra Adhiguna, menilai ada dua kemungkinan akibat penurunan anggaran di tengah kenaikan volume ini. Opsi pertama adalah pemerintah terpaksa membatasi penyaluran LPG 3 kg, sementara opsi kedua adalah penyesuaian harga atau kenaikan harga. Putra memprediksi bahwa langkah yang lebih mungkin diambil secara politis adalah memperketat distribusi volume elpiji subsidi.
Putra menganggap pemangkasan anggaran subsidi oleh Kemenkeu terasa janggal jika tidak disertai dengan kebijakan penyesuaian harga atau pembatasan volume. Menurutnya, rasionalitas di balik keputusan ini perlu diperjelas, terutama mengingat harga LPG global yang terus berfluktuasi akibat konflik di Timur Tengah.
Di pihak lain, Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Luky Alfirman, belum merinci alasan penurunan proyeksi anggaran tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa pemerintah pada akhirnya akan membayar subsidi sesuai dengan realisasi penyaluran yang terjadi. Kemenkeu juga menyatakan akan terus memantau pergerakan realisasi subsidi energi untuk menyesuaikan anggaran yang harus dibayarkan.