Gen Z dan Budaya Menabung: Lebih Baik atau Lebih Boros?

2
Ilustrasi Menabung
Ilustrasi Menabung

BeritaYogya.com – Generasi Z (Gen Z) sering disebut sebagai generasi yang paling melek finansial, berkat akses informasi digital yang luas. Namun, di sisi lain, gaya hidup konsumtif dan tekanan sosial media juga membuat banyak dari mereka terjebak dalam pola keuangan yang tidak sehat. Lalu, bagaimana sebenarnya kebiasaan menabung Gen Z—apakah mereka lebih disiplin atau justru lebih boros dibanding generasi sebelumnya?

Menurut survei Indonesia Financial Literacy Report 2024, sekitar 65% Gen Z mengaku rutin menabung, tetapi dengan tujuan jangka pendek seperti membeli gadget terbaru atau liburan. Hanya 30% yang fokus pada tabungan jangka panjang, seperti dana darurat atau investasi. 

“Gen Z cenderung lebih tertarik pada instrumen fleksibel seperti tabungan digital atau e-wallet, tapi seringkali dananya mudah terkuras untuk kebutuhan impulsif,” jelas Andini, seorang perencana keuangan.

Di sisi lain, budaya FOMO (Fear of Missing Out) dan tren belanja online membuat banyak anak muda kesulitan mengendalikan pengeluaran. Platform seperti TikTok Shop atau e-commerce sering memicu pembelian spontan. “Mereka bisa menabung Rp500 ribu sebulan, tapi di hari yang sama menghabiskan Rp1 juta untuk diskon 6.6,” tambah Andini.

Namun, tidak semua Gen Z boros. Banyak yang justru memanfaatkan teknologi untuk mengatur keuangan dengan lebih baik. Aplikasi seperti Finansialku, DANA, atau Pluang membantu mereka membagi pendapatan secara otomatis—sebagian untuk tabungan, investasi, dan kebutuhan harian. “Kuncinya adalah konsistensi dan memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan,” ujar Rizal, seorang mahasiswa yang berhasil menabung Rp10 juta dalam setahun.

Jadi, apakah Gen Z lebih baik atau lebih boros? Jawabannya tergantung pada kesadaran individu. Dengan literasi keuangan yang baik dan disiplin, Gen Z bisa menjadi generasi yang lebih cerdas secara finansial. Namun, tanpa pengendalian diri, risiko hidup gali lubang tutup lubang tetap mengintai. “Menabung bukan tentang jumlah besar, tapi tentang kebiasaan kecil yang konsisten,” pungkas Andini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini