BeritaYogya.com – FOMO (Fear of Missing Out) kini menjadi fenomena yang makin mengkhawatirkan di kalangan generasi muda, terutama dalam hal keuangan. Dorongan untuk selalu mengikuti tren terbaru—mulai dari gadget terkini, fesyen branded, hingga hangout di tempat kekinian—seringkali membuat banyak anak muda terjebak dalam pola konsumsi impulsif. Padahal, tanpa disadari, kebiasaan ini bisa menggerus tabungan dan bahkan menimbulkan masalah utang.
Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa 40% generasi Z di perkotaan mengalokasikan lebih dari 30% penghasilan mereka untuk gaya hidup, sementara tabungan hanya di bawah 10%. Salah satu penyebab utamanya adalah tekanan sosial media, di mana tampilan hidup “perfect” seolah menjadi standar kesuksesan.
Dampak FOMO pada keuangan sangat beragam:
- Hutang Konsumtif – Banyak yang tergoda menggunakan paylater atau kartu kredit untuk membeli barang yang sebenarnya tidak prioritas.
- Investasi Tanpa Riset – Ikut-ikutan membeli saham atau crypto hanya karena tren, tanpa memahami risikonya.
- Ketidakstabilan Finansial – Pengeluaran tidak terkontrol membuat dana darurat sulit terkumpul.
Lalu, bagaimana mengatasi FOMO finansial?
- Buat Skala Prioritas – Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.
- Unfollow Akun yang Memicu FOMO – Kurangi paparan konten yang mendorong gaya hidup berlebihan.
- Alokasikan Dana untuk “Fun Money” – Tetap boleh bersenang-senang, tapi dengan batasan yang jelas.
FOMO bukan tentang uang, tapi tentang kontrol diri. Dengan manajemen keuangan yang baik, generasi muda tetap bisa menikmati hidup tanpa harus selalu mengikuti arus—dan yang terpenting, masa depan finansial pun tetap aman.