BeritaYogya.com – Perkembangan teknologi blockchain melalui cryptocurrency dan NFT mulai merambah dunia pendidikan tinggi dengan membawa angin perubahan sekaligus pertanyaan kritis. Beberapa universitas terkemuka seperti MIT dan Stanford telah mulai menawarkan mata kuliah khusus tentang teknologi blockchain, sementara kampus-kampus lain bereksperimen dengan penerbitan sertifikat akademik berbasis NFT yang tidak bisa dipalsukan. Di sisi lain, muncul kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan dan ketidakstabilan sistem finansial baru ini di lingkungan akademik yang seharusnya mengutamakan kejujuran dan konsistensi.
Penerapan teknologi blockchain dalam administrasi akademik menawarkan solusi revolusioner untuk masalah autentikasi dokumen. Dengan menyimpan ijazah dan transkrip nilai sebagai NFT di blockchain, universitas dapat memastikan keaslian dokumen secara permanen dan dapat diverifikasi oleh siapa pun di seluruh dunia tanpa perlu institusi perantara. Sistem ini juga memungkinkan alumni dengan mudah membagikan kredensial akademik mereka kepada pemberi kerja tanpa risiko pemalsuan. Beberapa kampus bahkan mulai menerima pembayaran uang kuliah dalam cryptocurrency sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan sistem finansial digital.
Namun, integrasi kripto dan NFT di dunia pendidikan juga menyimpan sejumlah tantangan serius. Volatilitas harga cryptocurrency yang ekstrem dapat menimbulkan masalah dalam pengelolaan keuangan kampus jika tidak dikelola dengan hati-hati. Penggunaan NFT untuk sertifikat akademik juga memunculkan pertanyaan tentang aksesibilitas bagi mahasiswa yang kurang melek teknologi atau berasal dari daerah dengan infrastruktur digital terbatas. Yang lebih mengkhawatirkan adalah potensi distraksi akademis ketika mahasiswa lebih tertarik untuk berinvestasi atau trading kripto daripada fokus pada studi mereka, seperti yang terjadi di beberapa kampus dimana komunitas trading kripto tumbuh lebih pesat daripada kelompok studi akademik.
Di bidang penelitian dan kekayaan intelektual, NFT menawarkan cara baru untuk melindungi dan memonetisasi karya akademis. Dosen dan peneliti dapat menerbitkan karya mereka sebagai NFT, memastikan kepemilikan dan mendapatkan kompensasi yang lebih adil setiap kali karyanya dikutip atau digunakan. Beberapa jurnal akademis mulai bereksperimen dengan sistem peer-review berbasis blockchain yang lebih transparan. Namun, sistem ini masih harus menjawab tantangan besar tentang bagaimana menjaga kualitas akademik di tenging euforia komersialisasi karya ilmiah melalui NFT.
Masa depan hubungan antara kripto, NFT, dan dunia akademis masih dalam tahap penjajakan. Yang jelas, pendidikan tinggi tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan teknologi ini, tetapi perlu mengadopsinya dengan pendekatan kritis dan hati-hati. Kampus-kampus perlu mengembangkan kurikulum yang tidak hanya mengajarkan tentang teknologi blockchain, tetapi juga membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang etika, regulasi, dan dampak sosial dari perkembangan ini. Pada akhirnya, teknologi harus berfungsi sebagai alat untuk memajukan misi akademik, bukan menjadi tujuan itu sendiri yang bisa menggeser nilai-nilai dasar pendidikan.