BeritaYogya.com – Monosodium glutamat (MSG) telah menjadi bahan kontroversi di dunia kesehatan selama beberapa dekade terakhir, dengan berbagai mitos yang beredar tentang efek negatifnya bagi tubuh. Banyak orang percaya bahwa MSG dapat menyebabkan sakit kepala, mual, atau bahkan kerusakan otak, sehingga menghindarinya sama sekali. Namun, penelitian ilmiah modern justru menunjukkan bahwa MSG pada dasarnya aman untuk dikonsumsi dalam jumlah wajar. Badan pengawas makanan internasional seperti FDA (Food and Drug Administration) di AS dan BPOM di Indonesia telah menyatakan MSG sebagai bahan makanan yang aman dengan kategori “Generally Recognized As Safe” (GRAS).
Fenomena yang disebut “Chinese Restaurant Syndrome” yang dikaitkan dengan MSG sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Gejala seperti pusing atau lemas yang muncul setelah mengonsumsi makanan mengandung MSG lebih mungkin disebabkan oleh faktor lain seperti alergi makanan tertentu, kandungan garam tinggi, atau bahkan sugesti psikologis. Glutamat dalam MSG sebenarnya adalah bentuk garam dari asam glutamat, asam amino alami yang juga ditemukan dalam makanan seperti tomat, keju parmesan, dan ASI. Tubuh kita secara alami memproduksi glutamat sebagai neurotransmiter penting untuk fungsi otak dan sistem saraf.
Yang menarik, MSG justru bisa menjadi alternatif untuk mengurangi konsumsi garam (natrium) berlebihan. Karena MSG mengandung sekitar 3 kali lebih sedikit natrium dibanding garam dapur biasa, penggunaannya dalam masakan dapat membantu menurunkan asupan natrium harian tanpa mengorbankan cita rasa. Ini penting bagi penderita hipertensi yang perlu membatasi garam tetapi tetap ingin menikmati makanan yang gurih. Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa penggunaan MSG sebagai pengganti sebagian garam dapat mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi.
Namun demikian, seperti bahan makanan lainnya, konsumsi MSG tetap perlu diperhatikan jumlahnya. Meskipun tidak berbahaya, asupan berlebihan dari apapun tentu tidak baik untuk kesehatan. Sensitivitas terhadap MSG memang ada pada sebagian kecil orang, sama seperti ada orang yang sensitif terhadap kafein atau laktosa. Bagi yang merasa tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan mengandung MSG, mengurangi porsinya atau menghindarinya adalah pilihan bijak. Yang terpenting adalah memahami bahwa MSG bukanlah “racun” seperti yang sering digambarkan, melainkan penyedap rasa yang aman selama digunakan secara tepat dan tidak berlebihan.