
BeritaYogya.com – Purbaya Yudhi Sadewa, yang baru saja dilantik sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati, menjadi sorotan publik.
Dengan gaya komunikasi yang spontan, ceplas-ceplos, dan blak-blakan, Purbaya sering kali dibandingkan dengan Sri Mulyani yang dikenal lebih diplomatis.
Meskipun gaya bicaranya kadang dianggap arogan, Purbaya memiliki keyakinan besar bahwa ia adalah sosok yang tepat untuk mengurus perekonomian Indonesia.
Ia langsung mengumumkan beberapa rencana strategis setelah dilantik. Pertama, ia berencana mengalirkan Rp200 triliun dari dana pemerintah yang ada di Bank Indonesia ke sistem perekonomian.
Kedua, ia mempertimbangkan untuk menambah Dana Transfer ke Daerah (TKD), sebuah isu yang sempat menimbulkan gejolak di berbagai daerah karena pemotongan yang signifikan di era Sri Mulyani.
Ketiga, Purbaya menyoroti perlunya perbaikan kebijakan fiskal dan moneter. Menurutnya, lambatnya belanja anggaran pemerintah dan penempatan dana di Bank Indonesia ketimbang di perbankan menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Meskipun Purbaya dinilai berani dan percaya diri, gaya komunikasinya yang “ala koboi” juga menuai kritik, terutama di media sosial. Ia sempat dituduh tidak peka terhadap tuntutan publik yang diwakili oleh gerakan “17 + 8”.
Namun, Purbaya meyakini bahwa demonstrasi semacam itu akan hilang secara otomatis ketika ia berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi 6-7 persen.
Sebagai menteri keuangan baru, Purbaya diharapkan dapat membuktikan janjinya dan menghadapi tantangan besar yang ditinggalkan oleh pendahulunya.
Publik menanti apakah ia mampu mengendalikan pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen, sebuah target yang sulit dicapai selama sepuluh tahun pemerintahan Jokowi.
Dengan reputasi dan pengalamannya, Purbaya ditantang untuk membuktikan bahwa pernyataan dan keyakinannya bukanlah sekadar “omongan”, dan ia harus lebih berhati-hati dalam berkomunikasi di era media sosial yang serba cepat dan rentan salah tafsir.

































