BeritaYogya.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, resmi mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap negara-negara mitra dagangnya pada Rabu (2/4/2025). Namun, yang mengejutkan, Rusia justru tidak masuk dalam daftar negara yang terkena tarif tersebut.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, pengecualian Rusia dalam daftar hitam tarif dikarenakan perdagangan antara kedua negara telah berhenti sepenuhnya akibat sanksi ekonomi yang diterapkan AS sejak perang Rusia-Ukraina.
Rusia sendiri telah berupaya menghapus berbagai sanksi yang telah merugikan ekonominya. Uni Eropa juga telah memberlakukan sanksi besar terhadap Moskow, sebuah langkah yang dianggap tanpa preseden dalam sejarah hubungan internasional modern.
Sejak era pemerintahan Joe Biden, AS telah menargetkan Rusia dengan berbagai sanksi ekonomi sebagai respons terhadap invasi ke Ukraina, campur tangan pemilu, serangan siber, serta pelanggaran hak asasi manusia. Sanksi ini menyasar sektor utama Rusia, seperti energi, keuangan, dan pertahanan, termasuk pemutusan bank-bank Rusia dari sistem keuangan global dan pembekuan aset para oligarki.
Pemerintahan AS juga semakin mengisolasi elit politik Rusia dengan menargetkan individu-individu dekat Presiden Vladimir Putin. Sejak 2022, sanksi diperluas untuk melemahkan kemampuan Rusia dalam membiayai perang sambil memberikan dukungan kepada Ukraina.
Di Kongres AS, dua senator, Lindsey Graham dan Richard Blumenthal, tengah mengajukan RUU bipartisan yang bertujuan untuk menambah sanksi terhadap Rusia. Graham menegaskan bahwa RUU ini akan diberlakukan jika Rusia menolak pembicaraan damai atau mengancam kedaulatan Ukraina.
RUU tersebut mencakup penerapan tarif 500 persen pada impor dari negara-negara yang membeli minyak atau komoditas asal Rusia. Selain itu, Trump juga mengancam akan menerapkan tarif sekunder berkisar antara 25 hingga 50 persen bagi negara-negara yang masih membeli minyak dari Rusia, sebagai langkah untuk menekan Moskow agar menghentikan perang.
Meski Rusia saat ini tidak termasuk dalam daftar tarif resiprokal Trump, langkah-langkah baru dari AS tetap mengindikasikan upaya berkelanjutan untuk melemahkan ekonomi Rusia melalui berbagai mekanisme sanksi dan tarif.