
BeritaYogya.com – Jumlah lulusan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi yang banyak membuat pentingnya hubungan yang erat dengan industri. Ini juga berlaku untuk lulusan SMK yang seharusnya juga diberikan arahan untuk menjadi wirausaha.
Pernyataan ini disampaikan oleh Warsito, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama di Kemenko PMK, saat Rapat Koordinasi Refleksi Pelaksanaan Vokasi pada Jumat (29/09/2023).
“Semua berjalan bersama untuk menjalankan tusinya menjalankan vokasi. Pagi ini kita merefleksikan dengan kacamata IHK Trier yang telah melaksanakan vokasi di berbagai provinsi dan KADIN merefleksikan vokasi di industri,” kata Warsito melalui pernyataan resmi yang dikutip oleh InfoPublik pada Sabtu (30/9/2023).
Warsito juga menekankan prinsip dasar pelaksanaan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi yang berfokus pada kebutuhan dunia usaha, industri, dan pasar kerja, serta pentingnya kewirausahaan. Oleh karena itu, penyelenggarannya harus menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan industri, serta masyarakat. Warsito mengungkapkan penghargaannya kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan vokasi.
Warsito juga mengajak semua pihak untuk terus bekerja sama dan berperan sesuai dengan Strategi Nasional Vokasi (Permenko PMK Nomor 6 Tahun 2022).
Bob Azam, Ketua Bidang Ketenagakerjaan DPN Apindo dan Vice President Director PT TMMIN, menyatakan bahwa pendidikan vokasi memiliki spesialisasi dalam bidang logistik, pemeliharaan, dan produksi. Tiga bidang tersebut memiliki peran penting dalam mengatasi inefisiensi di industri, dan jika diperbaiki, hasilnya akan lebih baik.
“Saya berharap, pendidikan vokasi bisa menyelesaikan masalah industri dan memperkuat sistem investasi,” ujar Bob Azam.
Lispiyatmini, Ketua Komite Pengembangan dan Pelatihan SDM Apindo, mengungkapkan bahwa untuk mencapai fokus pada strategi ke-4, masih terdapat ketidaksesuaian antara lulusan dengan kebutuhan industri. Terkadang, pelatihan yang diberikan tidak sejalan dengan apa yang dibutuhkan oleh industri.
Lispiyatmini juga mencatat bahwa banyak lulusan SMK harus mengikuti pelatihan lagi karena belum siap untuk bekerja, padahal tujuan SMK adalah untuk mempersiapkan siswa agar siap kerja.
“Pastikan bahwa ada perubahan di dalam fokus pada SMK, dan memastikan bahwa sistemnya link dan match dengan DUDI. Kepala SMK yg ada di Indonesia harus punya mindset untuk mengikuti perkembangan teknologi di industri dan mau beradaptasi,” kata Lispiyatmini.