Distrupsi teknologi menuju artificial intelligence, internet of things, kendaraan otomatis, 3D printing, nanoteknologi, bioteknologi, sains material, penyimpanan energi, hingga komputasi kuantum, mengubah cara manusia bekerja hampir secara menyeluruh (Schwab, 2016). Hard skill dan soft skill yang menjadi pertimbangan perekrutan pekerja juga berubah dari kebutuhan dasar kemampuan teknis dan karakter menjadi kebutuhan yang disebut sebagai digital leadership.
Digital leadership memiliki karakteristik sebagai personal yang kreatif, terus mencari cara untuk membuat perbedaan, berwawasan global untuk mendorong perubahan dan kolaborasi, terus belajar dan beradaptasi terhadap perubahan, serta memiliki pengetahuan kompetensi yang mendalam. Selain itu digital leadership juga mesti memiliki ketangkasan berpikir untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien, memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk dapat berkolaborasi lintas pendidikan dan demografi, serta memiliki pengetahuan dan teknik teknologi yang baik.
Melatih ketangkasan digital leadership tidak terlepas dari kemampuan literasi digital yang berfungsi sebagai pengetahuan atas proteksi data pribadi, hak kebebasan berekspresi dan aktivisme sosial, serta pemberdayaan melalui jurnalisme warga dan pemanfaatan media digital untuk meningkatkan nilai tambah pengetahuan dan ekonomi. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan IMD World Competitiveness Center berjudul Digital Competitiveness Ranking 2022 , Indonesia berada pada posisi 51 dari 63 negara yang diteliti soal pengetahuan teknologi, penerapan teknologi saat ini, dan kesiapan masa depan dalam memanfaatkan teknologi.
Sekalipun pertumbuhan internet di Indonesia menempati posisi 3 di dunia setelah China dan India, hal ini tidak serta merta menumbuhkan literasi digital warganya, karena berdasarkan rilisan We Are Social, lima besar aplikasi terpopuler di Indonesia adalah Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, dan Twitter. Dengan kata kunci pencarian Youtube tertinggi tentang: lagu, Indonesia, film, DJ, lucu, karaoke, dangdut, upin ipin, dan Blackpink. Artinya, sekalipun pengguna internet cukup banyak, aplikasi yang diunduh bukanlah dalam kategori produktivitas, dan pencarian tertinggi pun sekadar kategori hiburan.
Melalui realita ini Indonesia mesti menempuh jalan panjang untuk dapat memenuhi prediksi World Bank dan IMF menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-5 di dunia pada 2024. Diantaranya adalah dengan upaya mengembangkan potensi pemimpin dan anggota masyarakat untuk menjamin kualitas sumber daya manusia yang unggul. Seperti yang ditulis Elizabeth Long Lingo di Harvard Business Review edisi Juli–Agustus 2020, “Pemimpin harus terus beradaptasi dengan perubahan dalam sistem organisasi dan sosial. Sebab strategi yang berhasil hari ini mungkin akan gagal besok”. Sehingga masyarakat dan khususnya orang muda angkatan kerja harus terus beradaptasi meningkatkan pengetahuan dan kapasitas.
Menurut Elizabeth ada tiga fokus kepemimpinan baru: Situasional, Relasional, dan Dinamis. Sejauh mana pemimpin menarik ketiganya menentukan seberapa efektif mereka menyelesaikan persoalan. Kekuatan Situasional berarti sikap kepemimpinan tidak hanya mengandalkan gelar, keterampilan, pengalaman, dan reputasi pribadi, tetapi juga memperhatikan faktor situasional seperti lingkungan dan basis kekuatan eksternal. Kekuatan Relasional berkaitan dengan hubungan koalisi yang dibentuk menjadi sumber utama dukungan, nasihat, informasi, dan sumber daya. Kekuatan yang Dinamis berarti para pemimpin harus terus beradaptasi dengan perubahan dalam sistem organisasi dan sosial.
Selain mengasah keterampilan sebagai pemimpin, pemuda Indonesia sebagai pemegang Indonesia masa kini dan masa depan juga perlu membaca tanda-tanda zaman agar dapat terus menyesuaikan diri dan pegang kendali. Seperti mempersiapkan keterampilan masa depan yang baru-baru ini diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) dalam The Future of Jobs Report 2020. WEF melaporkan pada 2025 dibutuhkan 10 keterampilan utama: (1) pemikiran analitis dan inovatif; (2) pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran; (3) kemampuan pemecahan masalah yang kompleks; (4) kemampuan berpikir kritis dan analisis; (5) kreativitas, orisinalitas dan inisiatif; (6) kepemimpinan dan pengaruh sosial; (7) kemampuan penggunaan, pengawasan, dan kontrol teknologi; (8) desain dan pemrograman teknologi; (9) ketahanan psikologis, toleransi stres dan fleksibilitas; (10) penalaran, pemecahan masalah dan ideasi. Kesepuluh keterampilan itu terdiri dari 4 pokok utama yaitu kemampuan memecahkan masalah, manajemen diri, kemampuan bekerja sama, dan penggunaan dan pengembangan teknologi.
Setelah 10 bulan kita hidup bersama pandemi Covid-19, kebutuhan sumber daya manusia seperti versi World Economic Forum semakin diperlukan. Sebab segalanya mengalami percepatan migrasi dari pekerjaan kasar menjadi pekerjaan kreatif, dari manual menjadi serba digital dan otomatis. Maka hanya orang-orang yang inovatif, kristis, kreatif, mampu kerja tim, tahan terhadap stres, dan mampu menyelesaikan masalah yang dapat lebih kompetitif dan memiliki keunggulan dibandingkan mereka yang tidak mengembangkan keterampilan apa-apa. Dalam era informasi digital saat ini, keunggulan kompetitif dapat dikembangkan dengan lebih mudah karena siapa saja bisa mendapatkan hampir informasi apa saja dari mana saja melalui internet. Dari soft skill hingga hard skill apa saja bisa dipelajari melalui platform Youtube, dari internet bisa ditemukan kelas-kelas manajemen diri, bertani, beternak, hingga menjual hasil produk. Maka siapa saja yang mampu mengakses informasi, tak ada lagi alasan untuk merasa terhambat mengembangkan keterampilan dan hanya dibutuhkan kemauan untuk melakukannya.
Opini
Bara Wahyudi
Training and Development Garda Institute