Menteri Kehutanan Tinjau Keberhasilan Rehabilitasi Suaka Margasatwa Paliyan di Gunungkidul

3
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kanan), saat mengunjungi Suaka Margastwa Paliyan Gunungkidul, Selasa (6/5/2025). (Foto: BKSDA Yogyakarta)
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni (kanan), saat mengunjungi Suaka Margastwa Paliyan Gunungkidul, Selasa (6/5/2025). (Foto: BKSDA Yogyakarta)

BeritaYogya.com – Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni melakukan kunjungan kerja ke Suaka Margasatwa (SM) Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta, pada Selasa (6/5/2025), untuk memantau langsung perkembangan pemulihan ekosistem di kawasan tersebut. 

Dalam kunjungannya, Menteri menyaksikan keberhasilan program rehabilitasi yang telah berjalan sejak 2002-2003 melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), kemudian dilanjutkan dengan kolaborasi bersama Mitsui Sumitomo Insurance Group (MSIG) hingga 2016.

Rehabilitasi SM Paliyan memasuki fase baru pada 2015 dengan penanaman tumbuhan asli kawasan karst seperti bendo, preh, lo, mojo, dan timoho, berdasarkan rekomendasi akademisi Fakultas Kehutanan UGM. Program ini melibatkan empat desa penyangga—Karangasem, Karangduwet, Kepek, dan Jetis—dalam kegiatan persemaian, penghijauan, serta pemberdayaan masyarakat melalui pertanian hortikultura. Dukungan infrastruktur seperti sumur bor dan pendampingan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta turut memperkuat keberlanjutan program.

“Saya apresiasi model kolaborasi antara Sumitomo, masyarakat, dan BKSDA dalam pengelolaan kawasan ini. Keberhasilan ini patut menjadi contoh untuk direplikasi di wilayah lain,” ujar Raja Juli saat berdialog dengan warga setempat. Ia menekankan peran krusial partisipasi masyarakat: “Tanpa keterlibatan warga, sekuat apa pun pendanaan dan pengawasan, hasilnya tidak akan lestari. Terima kasih kepada BKSDA yang telah mendampingi secara konsisten.”

Hasil pemulihan ekosistem terlihat dari peningkatan keanekaragaman hayati. Data 2024 mencatat adanya 5 jenis mamalia, 13 herpetofauna, 19 capung, dan 65 kupu-kupu. Populasi burung meningkat signifikan dari 20 jenis (2006) menjadi 41 jenis, termasuk 5 spesies dilindungi. Keberhasilan SM Paliyan ini menjadi bukti bahwa pendekatan kolaboratif antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat mampu memulihkan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini