Sri Sultan HB X Dorong DIY Jadi Smart Region Inklusif dan Berkelanjutan

24
Sri Sultan Hamengku Buwana X, Gubernur DIY, saat menyampaikan pidato pada Peringatan Hari Jadi ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwana X, Gubernur DIY, saat menyampaikan pidato pada Peringatan Hari Jadi ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta (Foto: Humas DIY)

BeritaYogya.com – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengarahkan langkah menuju transformasi DIY sebagai wilayah cerdas atau smart region. 

Dalam pidato peringatan Hari Jadi ke-270 DIY yang berlangsung di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Kamis (13/3/2025), Sultan menyampaikan bahwa visi ini melibatkan sinergi antara teknologi, kebijakan publik, budaya, dan partisipasi masyarakat.

“DIY harus beranjak menjadi smart region, di mana teknologi, kebijakan publik, budaya, dan partisipasi masyarakat bersatu menciptakan sistem yang transparan, adaptif, dan berorientasi solusi,” tegas Sultan.

Tema Hari Jadi ke-270 DIY, yaitu Tumata, Tuwuh, Ngrembaka, mencerminkan arah pembangunan tersebut. Sultan menjelaskan bahwa tumata menandai pentingnya tata kelola yang presisi dalam era digital. 

Pemerintah DIY tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan administratif semata, melainkan harus mengedepankan tata kelola berbasis data (data-driven governance) yang efisien dan tanggap terhadap dinamika global.

Dorongan Inovasi dan Pertumbuhan Inklusif

Selanjutnya, tuwuh menggambarkan fase pertumbuhan yang tidak hanya tercermin dari angka statistik ekonomi, tetapi juga dari ketangkasan daerah dalam merespons perubahan. 

Sultan mendorong pengembangan ekonomi kreatif, industri digital, dan inovasi perkotaan sebagai motor utama pertumbuhan DIY.

Pada fase ngrembaka, Sultan menekankan pentingnya pemerataan hasil pembangunan. 

Ia menginginkan kemajuan tidak hanya dirasakan oleh segelintir pihak, melainkan menyebar luas secara adil dan inklusif. 

“Yogyakarta yang resiliensi adalah Yogyakarta yang memastikan bahwa kemajuan tidak elitis, tetapi menjadi bagian dari kesejahteraan universal,” ujar Sultan.

Sultan juga menegaskan bahwa DIY bisa menjadi contoh model tata kelola smart city yang berlandaskan pada perpaduan nilai tradisi dan inovasi modern. 

Ia membayangkan Yogyakarta sebagai pusat inovasi, budaya, dan teknologi yang progresif, berkelanjutan, dan tetap menjaga jati diri.

Menggali Nilai Sejarah sebagai Dasar Masa Depan

Dalam pidato reflektifnya, Sultan mengajak masyarakat untuk menjadikan peringatan hari jadi sebagai momentum introspeksi. 

Ia mengingatkan bahwa berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada 13 Maret 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringan menjadi fondasi sejarah yang penting.

Meskipun pada saat itu istana belum dibangun, Pemerintahan Kasultanan sudah memiliki struktur wilayah dan rakyat. 

Nama “Ngayogyakarta” yang berasal dari “Ayodhya” merefleksikan harapan atas kemakmuran dan keindahan peradaban. 

Sultan mengatakan bahwa konsep nagari yang makmur tidak hanya menampilkan kemajuan fisik, tetapi juga memperlihatkan keindahan tatanan hidup manusia yang beradab.

Di akhir pidatonya, Sultan mengajak masyarakat DIY untuk gumregah (bangkit), menyerap esensi perjuangan dari sejarah Mataram Islam dan Kasultanan Yogyakarta. 

Menurutnya, keduanya merupakan benteng yang kokoh dalam melawan kolonialisme dan mempertahankan nilai-nilai kebangsaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini