Tantangan Terkini dalam Demokrasi Indonesia: Refleksi Terhadap Politik Dinasti dan Komodifikasi Suara Pemuda

28
Foto: Dok. Pribadi

BeritaYogya.com – Fenomena politik dinasti yang saat ini sedang hangat diperbincangkan di Indonesia dianggap sebagai pertanda kurang baik bagi sistem demokrasi di negara ini.

Untuk menggali dan mengkritisi fenomena politik dinasti di Indonesia, Merintis Indonesia dan BEM FISIP Undip bekerja sama dalam mengadakan Talkshow berjudul “Pemilu 2024: Negara Demokrasi di Lingkaran Politik Dinasti” di Ruang Teater, Gedung C, Kampus FISIP Undip pada 7 Desember 2023. 

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 150 mahasiswa dari Universitas Diponegoro dan perguruan tinggi lain di Kota Semarang, yang dengan antusias mengikuti forum diskusi mengenai kondisi demokrasi yang tengah menghadapi fase kritis, seperti yang diungkapkan oleh Dosen FISIP Undip, Aji Imawan.

Aji mengatakan, “Dengan melihat fenomena sosial politik saat ini, sistem pemilu dan demokrasi Indonesia seakan mendapat peringatan ‘lampu kuning’ bahwa tidak semuanya berjalan dengan baik.” 

Satria Naufal, Ketua BEM FISIP UB, juga memberikan komentarnya terkait politik dinasti, menyatakan bahwa fenomena ini perlu dievaluasi dari berbagai sudut pandang, termasuk penyebab, dampak, dan aturan yang terlibat. 

Ia menekankan perlunya kesetaraan akses bagi semua warga negara, bukan hanya kelompok tertentu yang memiliki hak istimewa.

Diskusi semakin hidup ketika sesi tanya jawab membahas hubungan antara politik dan infotainment, terutama dalam konteks pesatnya pertumbuhan media sosial. 

Yazid Suhada, Ketua BEM FISIP Undip, menyatakan bahwa isu-isu yang tersebar luas di media sosial sering kali merupakan hasil dari buzzer yang memanipulasi informasi. 

Ia juga mengingatkan bahwa narasi yang diunggulkan oleh media sosial dapat merugikan rasionalitas pemilih.

Yazid bahkan menantang calon wakil presiden yang sering absen dalam diskusi publik untuk hadir di hadapan mahasiswa dan menguji gagasan mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh calon presiden dan wakil presiden lainnya.

Selain itu, fenomena sosial politik saat ini tidak bisa dipisahkan dari komodifikasi suara pemuda, yang dapat menjadi preseden buruk dalam kontestasi Pemilu 2024. 

Satria Naufal, Ketua BEM FISIP UB, menekankan bahwa kandidat sebaiknya tidak mengklaim gagasan mereka sebagai representasi mutlak dari generasi muda, karena pemuda mungkin tidak merasa sepenuhnya diwakili oleh ide-ide tersebut. 

Ia mengingatkan agar suara pemuda tidak dihargai murah demi kepentingan politik, dan pemuda seharusnya bersikap skeptis terhadap gagasan semua kandidat agar tidak terjebak dalam perangkap komodifikasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini