BeritaYogya.com – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta terus mengupayakan pencegahan peningkatan kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Yogyakarta.
Salah satu upaya ini adalah memberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada individu yang terinfeksi Laten Tuberkulosis (ILTB).
Hingga September 2023, terdapat 1088 kasus TBC di Kota Yogyakarta, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 dengan 1356 kasus.
Oleh karena itu, ada prediksi bahwa angka penderita TBC akan terus meningkat hingga akhir tahun 2023.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, menjelaskan bahwa pemberian TPT diperlukan untuk individu yang memiliki kontak erat dengan penderita TBC, orang dengan HIV/AIDS, dan kelompok risiko lainnya.
Sebelum memberikan TPT, diusulkan untuk menjalani tes mantoux atau tes darah.
Selain itu, metode Active Case Finding (ACF) digunakan untuk mengidentifikasi individu yang mungkin terinfeksi, dengan serangkaian pemeriksaan termasuk riwayat penyakit dan pemeriksaan rontgen dada menggunakan mobil X-ray. Jika hasilnya positif, TPT akan diberikan.
Endang menjelaskan, penting untuk waspada terhadap ILTB, yang bisa menjadi aktif kapan saja. Untuk mencegah bakteri TBC dalam ILTB menjadi aktif, TPT merupakan solusi.
Dia juga mengingatkan bahwa ILTB dapat muncul ketika individu terinfeksi TBC tanpa menunjukkan gejala dan memiliki sistem kekebalan yang rendah, memungkinkan bakteri TBC menjadi aktif.
Orang-orang yang memiliki kontak erat dengan penderita TBC, seperti keluarga dekat, seringkali mengalami kondisi ini.
Endang menambahkan bahwa TBC dapat menular melalui udara saat seseorang batuk, bersin, atau meludah di tempat umum, sehingga bakteri TBC bisa bertahan dalam udara.
“Dalam hal ini, penularan dapat terjadi melalui udara yang mengandung bakteri TBC. Jika terhirup oleh orang lain, bisa menyebabkan terinfeksi ILTB. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan masker saat menderita TBC untuk melindungi orang lain,” tuturnya.
Mengingat kondisi tersebut, Endang mendorong warga Kota Yogyakarta yang mengalami gejala seperti demam selama lebih dari dua minggu, batuk yang berkepanjangan, atau penurunan berat badan, untuk segera mengunjungi puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat guna mendapatkan perawatan lebih lanjut.
TBC adalah penyakit yang dapat sembuh. Meskipun demikian, masih ada individu yang merasa ragu atau minder untuk menghadapinya dan akhirnya tidak mencari perawatan medis.
Endang berharap ada kesadaran diri sendiri untuk mengatasi TBC sehingga penyakit ini dapat diatasi sepenuhnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kraton Yogyakarta, Deo Hadi Nanda, melaporkan bahwa sekitar 13 pasien TBC ditemukan melalui pemeriksaan pasien yang datang ke puskesmas.
“Pemeriksaan skrining TBC juga kami lakukan untuk menilai nol kasus TBC. Selain itu, kami juga mengunjungi rumah pasien TBC dan melakukan pemeriksaan skrining TBC pada anggota keluarga atau individu yang berdekatan dengan pasien. Jika hasilnya positif dan menunjukkan indikasi TBC, kami memberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis atau TPT,” ungkapnya.
Dia berharap bahwa upaya yang dilakukan dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka TBC di Kota Yogyakarta.