BBM Sudah Naik, Pertamina Baru Mengurus Sistem Agar Subsidi Tepat Sasaran

7
Sri Mulyani Menteri Keuangan RI ( Foto: kemenkeu.go.id )

BeritaYogya.Com – Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Pengumuman harga BBM naik ini bertepatan dengan harga minyak mentah dunia mulai perlahan mengalami penurunan. Beberapa waktu lalu, harga minyak Brent yang jadi patokan global berada di posisi turun-naik yang tidak pasti, bahkan sempat berada di atas 100 dollar AS per barel, namun kini sudah turun di kisaran 90 dollar AS per barel. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan alasan bahwa penurunan harga minyak dunia tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam menentukan kebijakan harga BBM dalam negeri untuk jangka waktu panjang

 “Harga minyak memang turun naik tiap hari jadi memang tidak bisa dijadikan patokan untuk jangka panjang mengenai ketepatan alokasi subsidi ini (kebijakan BBM naik),” ucap Arifin dikutip dari Kompas, Senin (5/9/2022).

Terlebih, harga Pertalite dan Solar yang merupakan BBM subsidi, lebih banyak dikonsumsi kalangan masyarakat ekonomi mampu, terutama para pengguna mobil.

 “Tadi disampaikan oleh Ibu Menkeu bahwa banyak dari masyarakat yang masih menggunakan BBM subsidi meskipun tergolong mampu. Ini tentu saja di lapangan sudah dilakukan akan dilakukan pengawasan-pengawasan,” tambah Arifin.

Arifin Tasrif menyebut, Pertamina sedang menyiapkan sistem agar distribusi BBM bersubsidi dapat tepat sasaran.

Arifin Tasrif menyatakan, bahwa tujuan penekanan harga Pertalite dan Solar untuk mengurangi atau membatasi penggunaan dari kalangan mampu untuk mengakses BBM jenis ini.  

“Pertamina sedang menyiapkan sistem pengawasan pengaturan dengan digitalisasi. Diharapkan dengan metode ini, mekanisme ini kita bisa lebih mempertajam ketepatan pemanfaatan BBM subsidi ini untuk yang membutuhkan,” ungkap Arifin.

Pemerintah diketahui telah mengalokasikan bantuan sosial sebesar Rp 24,17 triliun dari pengalihan subsidi BBM untuk bantuan sosial dalam tiga jenis bantuan.

Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 150 ribu diangsur empat kali untuk 20,65 juta kelompok masyarakat dengan total anggaran Rp 12,4 triliun. Bantuan subsidi upah sebesar Rp 600 ribu kepada 16 juta pekerja dengan gaji maksimum Rp 3,5 juta per bulan yang dibayarkan satu kali dengan anggaran Rp 9,6 triliun.Bantuan terakhir yang dikerahkan oleh pemerintah yaitu bantuan dari pemerintah daerah dengan menggunakan dua persen dari dana transfer umum yaitu Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil (DAUDH) sebanyak Rp 2,17 triliun dalam rangka membantu sektor transportasi seperti angkutan umum, ojek, nelayan dan bantuan tambahan perlindungan sosial.

Adapun belanja subsidi dan kompensasi yang dikucurkan pemerintah hingga Agustus 2022 mencapai Rp 502,4 triliun, yang terdiri dari subsidi energi Rp 208,9 triliun dan kompensasi energi sebesar Rp 293,5 triliun.

Saat ini, kuota salah satu komoditas energi bersubsidi adalah Pertalite, yang tersisa 6 juta kiloliter dan sudah digunakan sebanyak 17 kiloliter dari 23 juta kiloliter subsidi yang disepakati hingga akhir 2022 ini.

Dengan sisa kuota tersebut, pemerintah memperkirakan Pertalite subsidi akan habis pada Oktober 2022, dimana tidak akan mencapai target. Subsidi dinikmati pemilik mobil.

 Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.

 “Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil,” ungkap Sri Mulyani.

“Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut,” tambahnya lagi.

Sri Mulyani menambahkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.

“Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS,” jelas Sri Mulyani. “Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember,” ujar Sri Mulyani.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here