Peta Kekuatan Ganjar Pranowo Berubah, Demokrat Buka Peluang Gabung dengan PDIP

4
Partai Demokrat digadang - gadang akan bergabung bersama Partai PDIP bersama Ganjar Pranowo (Foto: Dok.Pribadi)

Peta Kekuatan Ganjar Pranowo Berubah: Demokrat Buka Peluang Gabung dengan PDIP

BeritaYogya.com – Beberapa waktu lalu, Partai Demokrat secara resmi keluar dari Koalisi Perubahan dan tidak akan mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2024.

Dengan keluarnya Demokrat, peta kekuatan para capres yang akan bertarung di Pilpres 2024 juga ikut berubah.

Bagaimana peta kekuatan terbaru jika Demokrat bergabung dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo?

Hingga saat ini, Demokrat belum memutuskan bagaimana dan kemana langkah mereka selanjutnya.

Apakah bergabung dengan koalisi lain yang sudah ada di luar Koalisi Perubahan atau membentuk poros alias koalisi baru?

Namun, Demokrat, yang diwakili oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) mereka, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan bahwa mereka saat ini memilih untuk fokus pada koalisi yang sudah ada.

Artinya, pilihan Demokrat saat ini adalah bergabung dengan koalisi yang mengusung Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto.

“Untuk saat ini, pilihan yang paling realistis adalah bergabung dengan poros yang sudah ada, yaitu poros Ganjar yang didukung oleh teman-teman PDIP yang diketuai oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, sedangkan poros Prabowo melibatkan Gerindra, Golkar, dan PAN,” ujar Herzaky di kanal YouTube Tribunnews.com, Kamis (8/9/2023).

Di sisi lain, hubungan antara Demokrat dan PDIP juga disebut semakin membaik.

Hal tersebut membuat peluang Demokrat untuk bergabung dengan PDIP juga perlahan mulai terbuka.

Nah, jika pada akhirnya Demokrat bergabung dengan PDIP, maka peta kekuatan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sudah pasti akan berubah.

Saat ini, Ganjar Pranowo telah resmi diusung oleh PDIP dan PPP.

Saat Pemilu 2019, PDIP meraih 19,33 persen suara dengan jumlah kursi di DPR RI sebanyak 128 kursi.

Sementara, PPP meraup 4,52 persen atau mendapat 19 kursi di DPR RI.

Sehingga jika dijumlahkan, maka perolehan suara PDIP dan PPP mencapai 23,85 persen atau 147 kursi di Parlemen.

Persentase ini sudah melampaui ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 25 persen suara sah nasional atau 20 persen kursi DPR hasil pemilu sebelumnya.

Hal ini telah ditetapkan dalam Pasal 222 Undang Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Di luar partai yang mendapatkan kursi di Parlemen, mantan Gubernur Jawa Tengah itu juga didukung oleh dua partai non-parlemen yaitu Partai Hanura dan Partai Perindo.

Sementara, jika Demokrat bergabung dengan koalisi PDIP-PPP, maka ‘kekuatan’ Ganjar akan mendapat tambahan.

Sebab berdasarkan hasil Pemilu 2019, Demokrat mendapatkan suara sebanyak 7,77 persen dengan jumlah kursi di DPR sebanyak 54.

Jika digabungkan dengan PDIP dan PPP, maka perolehan suara yang didapat koalisi ini sebanyak 31,62 persen.

Jika perolehan kursi parlemen digabungkan, mereka mempunyai 201 kursi.

Jumlah ini selisih enam kursi dengan parpol koalisi yang mengusung Prabowo Subianto.

Menurut hasil Pemilu 2019, Gerindra mendapatkan 12,57 persen suara dengan 78 kursi di DPR RI.

Sementara, Golkar meraih 12,31 persen suara (85 kursi) dan PAN meraih 6,84 persen suara (44 kursi).

Jika perolehan kursi parlemen digabungkan, Gerindra, Golkar, dan PAN memiliki 207 kursi.

Atau secara persentase perolehan suara sebanyak 31,72 persen.

Selain tiga parpol parlemen, Menteri Pertahanan itu juga didukung oleh sejumlah partai non-parlemen.

Yaitu Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, Partai Garuda, dan Partai Aceh dengan status partai lokal.

Yang perlu digarisbawahi, ini adalah hitung-hitungan andaikan nanti Demokrat jadi ‘bergandengan tangan’ dengan PDIP dan PPP untuk mengusung Ganjar.

Apabila Demokrat memilih mendukung Prabowo, maka hitung-hitungan di atas, juga sudah pasti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here