Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung Akan Gunakan Ornamen Motif Budaya Lokal

3
Stasiun KA Cepat akan Dihiasi Motif Khas dan Unsur Budaya Indonesia

BeritaYogya.com – Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru baru ini menggunakan ornamen motif budaya lokal. Sebagai informasi bahwa KCJB akan memiliki beberapa stasiun yang tersebar di beberapa daerah diantaranya adalah Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, dan Stasiun Tegalluar. 

General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa menjelaskan bahwa penggunaan motif dan unsur budaya ini untuk menegaskan identitas asli budaya Indonesia. Kehadiran Kereta Cepat yang pertama di Asia Tenggara ini akan menjadi warisan pada layanan KA Cepat yang akan terus dikenang oleh masyarakat.

Stasiun Halim merupakan salah satu stasiun pertama yang terdapat layanan KCJB. Terdapat berbagai ornamen yang dihiasi oleh motif-motif batik Betawi di kawasan Stasiun KA Cepat Halim. Keindahan motif ini ditemukan di atas stainless-steel yang berada tepat di tengah ruang tunggu Stasiun KA Cepat Halim tepatnya di Lantai 2.

Metode laser cutting adalah metode yang dipilih untuk pembuatan motif batik betawi pada stainless-steel berwarna coklat yang terdapat di ruang tunggu stasiun. Batik betawi tersebut menggambarkan kolaborasi antar teknologi modern dengan elemen kultural. Material stainless-steel menunjukan simbol modernitas. 

Stasiun selanjutnya adalah stasiun Karawang. Stasiun ini memilih motif padi dan batik mega mendung sebagai landmark, inovasi ini diambil karena Karawang dikenal sebagai kota lumbung padi. Pada dinding stasiun nampak ornamen bermotif batik mega mendung yang dipadukan dengan interior seperti kayu, batu, dan bambu yang dibalut dengan aksen modern. 

Kemudian stasiun selanjutnya adalah stasiun Padalarang. Stasiun ini memadukan elemen lokal yaitu colonial art deco. Keindahan dari perpaduan tersebut menciptakan stasiun Padalarang menjadi stasiun yang modern, futuristik dan dinamis. Elemen tersebut juga menjadi simbol keharmonisan antara Stasiun KAI Padalarang dan Stasiun KCJB Padalarang. 

Stasiun Tegalluar menjadi stasiun terakhir yang menyediakan layanan KCJB. Pada stasiun ini terdapat aliran sungai mendominasi motif di kawasan Stasiun Tegalluar. Hal ini dikarenakan Stasiun Tegalluar dikelilingi oleh beberapa sungai penting di Jawa Barat. Elemen seperti kayu dan bambu juga menghiasi desain interior yang ada di stasiun ini.

Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, megaproyek seperti Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak hanya menjadi simbol kemajuan teknologi, tetapi juga peluang untuk merayakan dan melestarikan warisan budaya lokal. Dengan kebijakan yang bijaksana, proyek ini telah mengambil langkah penting dengan menghiasi stasiunnya dengan motif-motif budaya lokal yang memukau. Langkah ini tidak hanya menciptakan sebuah terminal transportasi modern, tetapi juga sebuah wadah yang memadukan kenyamanan masa kini dengan kekayaan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu.

Motif budaya lokal yang disertakan dalam desain stasiun ini mengingatkan kita akan keanekaragaman warisan seni dan tradisi yang dimiliki oleh Indonesia. Setiap elemen yang diusung dalam desain, mulai dari ornamen dinding hingga aksen dekoratif, membawa jiwa budaya dan sejarah daerah sekitar stasiun. Pengunjung yang datang untuk menikmati kenyamanan perjalanan kereta cepat juga akan dibawa dalam perjalanan mendalam melintasi cerita-cerita khas setiap budaya yang terwakili.

Keputusan untuk menghiasi stasiun dengan motif budaya lokal bukan hanya soal estetika, tetapi juga pesan yang ingin disampaikan. Ini adalah pernyataan kuat bahwa dalam era modern, kita tidak harus melupakan akar-akar budaya kita. Kita dapat mengintegrasikan teknologi canggih dengan kekayaan tradisi yang kita miliki. Melalui proyek ini, pesan tersebut tercermin dengan indahnya, mengingatkan kita bahwa budaya lokal adalah landasan yang kuat yang dapat mendukung kemajuan tanpa melupakan identitas kita.

Dalam hal ini, Stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah contoh inspiratif tentang bagaimana perubahan masa depan dapat diarahkan dengan bijaksana. Melalui harmonisasi antara modernitas dan budaya, stasiun ini tidak hanya menjadi gerbang fisik antara dua kota, tetapi juga jembatan antara masa lalu dan masa depan. Sebagai masyarakat yang bangga dengan warisan budayanya, kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan semangat ini dalam proyek-proyek masa mendatang, sehingga kekayaan budaya kita akan terus dipersembahkan kepada dunia dalam cara-cara yang penuh makna dan menginspirasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here