Menteri Keuangan Sri Mulyani Menjelaskan Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Sampai Rp16.000

30
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani (Foto: Kemenkeu)

BeritaYogya.com – Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, penyebab utama pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir adalah tekanan yang berasal dari situasi global. 

Dia menegaskan bahwa penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu oleh tekanan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. 

Sri Mulyani juga memandang bahwa suku bunga acuan AS kemungkinan akan terus meningkat untuk mengendalikan inflasi yang tinggi.

Penjelasan ini disampaikan setelah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan perkembangan nilai tukar rupiah kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Senin, 23 Oktober 2023.

 Sri Mulyani mengatakan bahwa saat ini, situasi global ditandai dengan inflasi yang masih tinggi di Amerika Serikat dan perekonomian yang masih kuat.

Menurutnya, pasar keuangan mendeteksi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga banyak modal bergerak kembali ke Amerika Serikat. Penurunan nilai tukar rupiah terlihat ketika rupiah hampir mencapai level Rp16.000 terhadap dolar AS pada hari itu, yang juga melanda sejumlah mata uang Asia lainnya.

Sri Mulyani menambahkan bahwa kekuatan dolar AS saat ini bersifat global. Pemerintah sedang berupaya untuk mengkoordinasikan kebijakan moneter dan fiskal untuk memitigasi dampak dari situasi yang dipicu oleh negara seperti Amerika Serikat, baik terkait nilai tukar, inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun stabilitas sistem keuangan.

Dia juga menyoroti perlunya memantau pelemahan rupiah terhadap dolar AS dalam konteks asumsi makroekonomi, khususnya terkait dengan subsidi energi. 

Mengingat bahwa saat ini, semua harga, termasuk harga minyak, nilai tukar, dan suku bunga, terus berfluktuasi, pemerintah akan memantau dan menyesuaikan APBN sesuai perkembangan tersebut. 

Sri Mulyani menekankan bahwa saat ini, perkembangan di Timur Tengah yang berdampak pada produksi minyak tetap menjadi perhatian utama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here