BeritaYogya.Com – Ketika sebuah tas tangan virtual Gucci Dionysus dijual online dengan harga yang setara dengan $4.115 tahun lalu.
Bukan hanya label harganya yang menjadi berita utama tetapi fakta mengejutkan adalah bahwa pembeli dapat membeli barang asli dengan harga lebih murah yaitu $700.
Ide ini telah mengubah industri fashion dalam dua tahun terakhir.
Dari Balenciaga yang menjual skin karakter di Fortnite hingga Ralph Lauren meluncurkan lini pakaian digital di platform Korea Selatan Zepeto, merek-merek mewah telah memasuki dunia digital baru sebagai area penjualan yang efektif serta populer tersebut.
Apakah platform ini adalah bagian dari apa yang disebut “metaverse” atau sekadar game online, dengan jumlah jutaan orang menghabiskan waktu mereka di lingkungan digital yang saling berhubungan.
Hal tersebut dilihat oleh brand-brand ternama dunia, untuk mendirikan toko dengan cara virtual, drop eksklusif, dan koleksi pakaian avatar.
Industri ini beramai-ramai membuat tawaran dengan harga dan gaya pakaian avatar terbaik, tentang peluang di lanskap digital yang muncul.
Menurut laporan terbaru dari perusahaan konsultan McKinsey, menyampaikan bahwa mode “di garis depan pergeseran metaverse.”
Menurut Charles Hambro, yang perusahaannya Geeiq (diucapkan “Geek”) membantu perusahaan termasuk Tommy Hilfiger dan Farfetch untuk “menavigasi metaverse”, mengatakan
“Merek fesyen sangat lambat di media sosial,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa pada pertengahan 2000-an label mengabaikan platform baru seperti Facebook. Sehingga dalam peluang ini, Brand-brand ini tidak ingin kehilangan kesempatan lagi.
“Mereka tidak ingin terlambat lagi.” Imbuhnya.
“Ada 3,2 miliar orang yang bermain game sekarang, dan mereka tidak hanya pergi ke dunia maya ini untuk bermain — mereka juga, yang terpenting, masuk untuk bersosialisasi,” tambahnya.
Untuk “menyelaraskan dengan budaya R&B dan hip-hop” pada 1990-an.
“Jika sebuah merek ingin relevan secara budaya, sangat penting bagi mereka untuk terhubung dengan audiens ini.” Tutupnya.